Selasa, 16 Desember 2008

LEVEL - LEVEL MENDENGAR

LEVEL-LEVEL MENDENGAR

Dari buku Communicate or Die, yang cukup diulas adalah tentang MENDENGAR. Ya, mendengar adalah aktifitas yang dipasti dilakukan ketika manusia hidup, level sosial apapun, umur berapapun, disiplin ilmu apapun dan profesi apapun serta dalam urusan kehidupan apapun. Saat ini nggak ada kursus, kurikulum atau pelajaran mendengar secara khusus, padahal kalau dipilah dan dianalisa secara ilmiah, mendengar ini banyak ragam berikut level dampaknya.
Coba kita bayangkan bahkan perhatikan ketika kita komunikasi, sebagai pelaku komunikasi maupun sebagai pendengar maka ada level-level sbb :
- tidak mendengar, ya ada yang ngomong apapun tapi kita nggak mendengar.
- pura-pura mendengar, ada yang ngomong ke kita, tapi kitanya pura-pura mendengar, tapi pikiran kita kemana-mana, sangat tampak dari bahasa mata dan bahasa tubuh lho.
- mendengar yang meremehkan, mendengar tapi dengan sambil melakukan aktifitas lain, tidak fokus dan perhatian.
- mendengar yang memperhatikan, mendengar dengan fokus semua indranya antusias dalm komunikasi ini. Ada interaksi kalimat maupun bahasa tubuh sebagai respon dari komunikasi yang berjalan.
- mendengar yang empathy, mendengar yang memperhatikan sekaligus ikut merasakan kondisi psiokologis n emosi yang bicara, namun tetap menjaga jarak untuk tidak larut, tapi memmahami dan mengerti perasaan yang bicara. Ada respon kalimat maupun bahasa tubuh dalam hal ini.
- mendengar yang simpati, mendengar yang memperhatikan yang diikuti pendengar larut terbawa dalam perasaan dan emosi yang bicara.
- mendengar yang mengarahkan, mendengar yang memperhatikan yang bersamaan memberikan respon-respon kalimat dan sikap solusi dari masalah secara objektif
- mendengar yang mengendalikan, mendengar yang empaty yang berlanjut pada respon kalimat dan sikap sesuai yang pendengar kehendaki.
- mendengar yang memimpin, mendengar diatas sampai mendengar mengendalikan adalah mendengar yang reaktif. Maka pada mendengar yang mempimpin, aktifitas mendengar tersebut merupakan sikap proaktif. Menciptakan kondisi untuk mendengar yang pada selanjutkan akan menngendalikan sesuai kehendak kita, dalam proses memimpin, dalam proses menggerakkan mencapai suatu tujuan.
Ternyata benar sekali, bahwa mendengar ini sangat vital, kalau kita bisa punya kemampuan mendengar yang baik maka akan mudah dan suskses lah segala urusan kita. Simple aja, kalau kita bisa jadi pendengar yang baik orang-orang akan nyaman curhat dgn kita, bahkan dalam kita jualan (maklum sales nich), menjual itu ternyata banyak aktifitas mendengarnya dari pada bicara. Bahkan guru yang hebatpun harus nya juga nggak banyak bicara, tapi banyak mendengar dari murid2nya. Demikian pula pemimpin, manager, dll.
Maka sesungguhnya, bahagialah kalau ada orang-orang yeng memberikan feedback komunikasi dan sikap ( bisa kritik, saran, nasehat, curhat), karena akan ada kesempatan kita untuk menjadi pendengar yang baik. yang selanjutkan menjadi mendengar yang mengendalikan. bahkan memimpin dengan mendengar,
Bila ada yang nggak setuju, atau ada yang salah , bisa dikoreksi ya. wassalam (0308).
Bulan lalu aku sempat baca buku bagus, judulnya " Communicate or died"...yah komunikasi atau mati.
Ternayata banyak kisah didunia ini sperti perang, hancurnya perusahaan, perceraian, gagalnya bisnis, putusnya pasangan, bunuh diri pokoknya yang menghancurkan yang setelah dianalisa, karena telah terjadi kegagalan dalam komunikasi. Terjadinya miss komunikasi yang sebabkan miss persepsi, yang berlanjut salah keyakinan dan salah sikap.
Maka benarlah, nasehat agama kita diminta untuk bertabayun, klarifikasi/cross check kalau ada informasi yang meragukan, yang belum clear.
Semoga kita bisa menjadi pelaku komunikasi dan penerima komunikasi dengan baik. Mengkomunikasikan with empathy dan tidak mudah reaktif bisa menerima informasi yang datang. Info yang datang harus dibaca dan dipahami dengan benar, supaya nggak salah paham, persepsi, dan sikap. (HRW-0308)