Rabu, 05 November 2008

Hukuman Mati dan Mutilasi

Dalam sebulan terakhir ini, media disibukkan dengan berita banyaknya kisah pembunuhan lengkap dengan mutilasi. Juga bersamaan pemberitaan persiapan hukuman mati buat terpidana bom bali 1 .

Pertanyaan sederhana saya adalah, mengapa harus ada saling membunuh ya. Sepanjang sejarah kehidupan peradaban manusia, sejak peristiwa Qabil n Habil, selalu aja kekerasan dan pembunuhan. Padahal kan bisa aja tradisi saling bunuh ini di hentikan. Masing-masing kita tentu juga nggak mau di bunuh, masing2 kita juga nggak mau kalau orang2 terdekat kita meninggalnya dengan dibunuh.

Hukum dan agama memang memberi peluang ada nya pembunuhan2 ini, namun ini semua tentu jalan terakhir. Ok lah pembunuhan itu karena hukuman, karena kekecewaan, kemarahan,...sangat disayangkan kalau disertai dendam dan napsu....kalau kisah dendam dan hukum menghukum nggak dihentikan...maka sepanjang generasi2 ke generasi, sejarah ke sejarah selanjutnya...dendam itu akan berlanjt dan berantai.

Tentang pembunuhan mutilasi, udahlah jangan terlalu banyak di ekspose, malah memberi inspirasi dan contoh yang lainnya. Menambah memory buat orang yang punya dendam.

Tentang hukuman mati, kalau mau dilaksanakan...ya laksanakan aja... nggak usah banyak di beritakan ke mana-mana....memancing emosional aja....dan gunakan momentum2 ini untuk hal-hal yang nggak efektif dan produktif lainnya.

Jadi ingat Gandi dengan Ahimsa nya : melawan dengan tanpa kekerasan. Ingat juga pepatah jawa : Sura dira jayaningrat, lebur dening pangastuti. Kekerasan dan kejahatan, kalahnya justru oleh kebaikan dan kelembutan. Api kalahnya dengan air bukan oleh api yang lebih besar.

Tidak ada komentar: